Thursday, April 28, 2011

Tentang Pernikahan

Dilatarbelakangi oleh kekesalanku pada seorang teman, jadilah aku bikin postingan ini.
Jadi, si teman ini kan ceritanya habis ngelamar seseorang untuk dijadikan istri. Sampai sini ga ada masalah. Tapi, akan lain ceritanya kalau dia jadi mendikte dan berkhutbah tentang pernikahan. Nunggu apa sih? Nunggu kakak nikah duluan? Nunggu kuliah selesai? Tidak ada dalilnya bla..bla..nunggu kakak nikah itu cuma adat j*w* yang kuno, blaaa...blaaaa...jadi kesel!

Terlepas dari apakah yang aku (kami) tunggu, aku percaya bahwa saat kelahiran, pernikahan dan kematian itu sudah tercatat di ‘buku’-Nya. Mau sengotot apapun, kalau belum waktunya ya ngga akan bisa terwujud. Maaf kalau  salah, tapi ini yang kupercaya.


picture taken from here

Sedikit flashback ke belakang, kalau mau jujur-jujuran, siapa sih  yang ngga mau nikah? Sebelumnya, aku pun sudah mengutarakan maksudku untuk menikah muda ke si pooh, nggak muda-muda banget sih, tapi dulu pengennya di usia 24. Tapi, berhubung terhalang oleh karena kakaknya belum menikah, dan orang tuanya pengen kakaknya nikah duluan, aku bisa berbuat apa?

Ngotot? Mendesak? Udah pernah, sering malah. Pokoknya aku melakukan ‘serangan agresif’, mulai mempertanyakan keseriusannya dan semacamnya lah. Udah bener-bener kayak orang sakit jiwa, nyeceeeer terus. Tapi dengan cara ngotot-ngototan jadinya malah menguras energi kami. Dikit-dikit jadi masalah, dikit-dikit jadi ribut. Aku jadi mengalami yang namanya stress. Dan itu ngga enak banget!

Setelah semua daya upaya yang kulancarkan tidak berhasil, udah capek lah pokoknya, ya sudah, aku memilih untuk jadi lebih kalem. Tar lah, kalau waktunya tiba pasti juga bakal kejadian. Lalu, di saat semua itu sudah tidak kupikirkan lagi, e...tau-tau malah dapat surprise. Aku dilamar. Senang? Pastinya! Setelah kedua keluarga bertemu, dibahas kapan waktunya dan lain sebagainya. So, di sini aku mau menekankan kalau kami pun sudah berencana menuju ke pernikahan. Meski tidak dalam waktu dekat, tapi sudah ada tanggal (Semoga Allah memudahkan jalan kami, amin). 

Jadi, buat yang sudah diberi nikmat bisa segera menikah mbok-ya-o, ngga usah sombong. Jangan mentang-mentang sudah mau nikah duluan terus ‘memandang rendah’ yang belum bisa segera menikah, apalagi tanpa tau penyebabnya. Tanpa mau tau gimana perasaan seorang perempuan yang kebetulan tidak seberuntung dirinya yang bisa cepet-cepet nikah. Tolong pahami, ga semua orang bisa punya nasib yang sama baiknya. Sekian dan terima kasih.






No comments:

Post a Comment