Wednesday, May 29, 2013

Escape: Keukenhof van Java

Siapa yang nggak pengen ke sini?

{courtesy of  www.holidayspots4u.com}



{courtesy of richardtullochwriter.com}

Pengen liat taman bunga-bunga cantik kayak di Keukenhof tapi belum punya duit kesempatan buat ke negeri kincir? Tenang, tenang, ada Keukenhof KW7 special grade di Stone City kok ;)

Hari kedua kita meluncur ke Selecta, sekedar mengobati penasaran kayak apa sih taman bunganya. Soalnya, pernah liat profile picture FB temen yang lagi pose-pose di taman bunga, bagus deh. Bikin mupeng. Pas tanya ke orangnya, dia bilang itu nggak jauh-jauh, cuma di Malang. Jadi sebenarnya itulah kenapa saya ngebeet banget pengen ke Malang.

Dari penginapan ke Selecta kita pakai taksi (lupa namanya, tapi warnanya ijo) karena nggak tau jalannya, hehe. Ternyata jaraknya lumayan, dan jalannya naik turun berkelok-kelok, serupa jalan ke Tawangmangu (kalau dari Karanganyar). Bedanya, kalau jalan ke Tawangmangu di kanan-kirinya ijo-ijo banyak pohon, kalau jalan meuju ke Selecta kiri-kanannya rumah-rumah sama toko-toko. Untuk sampai ke Selecta butuh waktu sekitar setengah jam. 

Masuk area Selecta sempat agak kaget, soalnya kok kayaknya nggak terlalu gede ya. Tiket masuknya lima belas ribu per orang. Ada beberapa objek yang bisa dikunjungi, cuma saya nggak terlalu inget, seinget saya sih ada kolam renang, water park, kafetaria, taman bunga, tempat outbond, sama pasar bunga (dan buah kali ya). Tapi karena kita udah kesiangan gara-gara nunggu taksinya kelamaan, jadi kita langsung ke tujuan, taman bunga.


voila! this is it, Keukenhof KW7


Dan ternyata, rame sodara-sodara. Padahal kita udah menyengaja dateng pas weekday, tapi tetep aja ruamene puol (minjem istilah temen saya yang orang kediri). Banyak rombongan wisata, kayaknya sih anak-anak sekolah. Buat ambil foto harus sabar nunggu agak sepian, untuk menghindari penampakan objek-objek yang tidak diinginkan :D


contoh penampakan :D


another penampakan :D


IMO, pas kita dateng, tamannya kayaknya lagi tidak dalam kondisi prima. Beberapa ada yang bolong-bolong, mungkin mau diganti sama tanaman yang baru. Beberapa belum numbuh bunganya. Beberapa lainnya terkulai layu, kayaknya sih bekas terinjak-injak. Sayang banget ya. Tapi teteeep tamannya baguuus, meskipun tidak sesuai ekspektasi saya yang ngarep akan ketemu lautan bunga warna-warni yang tertata rapi sejauh mata memandang, dengan hanya lima belas ribu rupiah saja *mintaditoyor. 



bunganya pada bolong-bolong :(

Oiya, karena udah panas banget padahal baru jam sepuluhan, jadinya kita cepet-cepet aja di situ, buru-buru pengen ngadem. Puas menikmati taman sambil foto-foto, kita menuju ke kafetaria. Biasa, pooh sudah nggak tahan melepas rindu sama makanan. Jajanan di kafetaria cukup beragam, dan kalau dilihat-lihat harganya juga reasonable. Dan tetep, ada bakso malangnya :D

Setelah ditimbang-timbang, kayaknya main-main di Selectanya udahan aja, karena toh udah ketemu sama Keukenhof KW7, jadi kita putusin manggil taksi  untuk melanjutkan perjalanan ke Jatim Park II. Padahal, menurut itin-itinan yang kita rencanakan, harusnya baru ke sana besokannya sih. Tapi nggak papa, nggak ada improvisasi nggak seru kan. Bye Selectaaa

saking panasnya sampe kriyip-kriyip, eh apa emang aslinya gitu kali ya :D

numpang nampang :D


bukan narsis, cuma pesan sponsor aja ;)



p.s.: pas di taksi baru inget, kalau tadinya pengen liat pasarnya kayak apa, siapa tau ada bunga yang bisa dibungkus bawa pulang. Padahal nggak abis maem brutu juga, bisa-bisanya lupa selupa-lupanya :(


Friday, May 24, 2013

Escape: Alun-Alun Kota Batu

Yuk mari kita lanjutkan cerita escape-nya. Hari pertama di Batu, siangnya kita habiskan di De Daunan aja, soalnya panas banget, males keluar. Abis ashar baru kita keluar, tujuannya yang deket dulu,  Alun-alun Kota Batu. Karena deket dan jalannya gampang, tinggal lurus-lurus aja, kita putuskan untuk sewa motor dari penginapan. Jadilah sok-sokan pacaran di negeri orang.

Begitu memasuki area alun-alun, meski di dalam alun-alun dilarang jualan, di luarannya banyak pedagang jajanan,  macem-macem. Pooh langsung tergoda sama tahu petis dan kerupuk dagangan pasangan kakek-nenek, nggak jauh dari pintu masuk alun-alun. Jalan-jalan dimulai di luar area alun-alun, penasaran nyari tempat jajan susu yang konon katanya hits banget itu. Tempatnya kecil, di sebelah barat alun-alun. Bener aja, sesampainya di Depot Susu Ganesha, antrinyaaaa udah kayak antrian premier Iron Man 3. Perjuangan ngantri lama akan terbayar lunas saat tetes demi tetes susu coklatnya yang dingin membasahi kerongkongan. Enaaaaaak! Cobain juga yoghurt jellynya ya *promosi

Yang saya suka dari alun-alun ini adalah ferris wheelnya (bianglala). Nggak terlalu tinggi, tapi kalau pas di puncaknya, bisa terlihat penampakan Kota Batu dari atas. Yang kebayang, pasti seru pacaran sama suami sambil menikmati sunset dari puncak ferris wheel, kayak di film-film gitu. Tapi rupanya saya sudah menua, karena dengan ketinggian yang cuma segitu aja, cukup membuat saya nggak nyaman, nggak bisa terlalu lama nglepasin pegangan dari kursi buat ambil gambar, dan jadinya ya kurang maksimal menikmati pemandangan dari atas karena pengen buru-buru sampe bawah lagi. Belakangan saya inget, ketakutan saya itu sebenarnya karena malam sebelumnya, pas packing disambi nonton Final Destination 3, jadi bawaannya parno. Menyebalkan. Oiya, wahana ini karcisnya dihargai 3.000 rupiah saja per orang untuk sekali naik, tapi kalau masuk alun-alunnya sih gratis. Kalau sore, Ferris Wheelnya akan ‘diistirahatkan’ selama satu jam, dari jam 5 sampe jam 6 sore.

Turun dari ferris wheel, kita lanjut jajan di Pos Ketan Legenda 1967. Nggak kayak depot susu yang nggak terlalu eye catching, tempat ini langsung bisa dikenali dari papan namanya yang cukup menyolok. Wajib banget dikunjungi, karena ketannya enak, toppingnya macem-macem banget, ada yang standar kayak parutan kelapa plus sirup gula merah, ada meises, parutan keju, bahkan yang pake durian juga ada. Harganya juga nggak bikin jatuh miskin.

pooh nampang di alun-alun Kota Batu. bikin tambah penuh :D



Monday, May 20, 2013

DIY: Reuse Cardboard

Intermezo dulu, udah gatel pengen pamer hasil tangan usil. Pe-eR bikin tulisan tentang liburannya nanti aja yaaa, soalnya foto-fotonya belum sempet ditransfer, hehe. 

Jadi, karena nggak enak liat kardus bekas yang nganggur di belakang pintu, mau dibuang sayang, soalnya masih bagus, kalau cuma dilipet aja palingan juga nggak akan kepakai. Bongkar-bongkar gudang sebentar (kayak yang punya gudang aja), nemu selembar kertas kado yang udah dibeli lama tapi nggak jadi kepake, akhirnya nekat bikin simple storage box (biar bahasanya rada keren dikit) :D

reduce it, reuse it ;)


Alat dan bahan:
- kardus bekas yang nggak kepakai
- kertas kado
- selotip/lem
- gunting
- cutter

Step by stepnya gampang aja, pertama potong bagian atas kardus (yang biasanya berfungsi sebagai tutup, yang diplester-plester itu), hingga cuma menyisakan bentuk box tanpa tutup. Terus tinggal tutupi bagian luar box dengan kertas kado, prinsipnya hampir sama kayak kalau kita mau bungkus kado. Udah deh jadi. Maaf lupa nggak ambil gambar step-by-step-nya :( tar deh kalau bikin lagi, dan kalau nggak lupa, hehe. Gampaaaaang banget kok, setengah jam juga kelar :)


love it!

Karena ukuran kardusnya lumayan besar, akhirnya benda ini saya fungsikan untuk nyimpen stok deterjen dan pembersih lainnya. Lumayan kan, selain mengurangi sampah, stok belanjaan diskonan juga bisa terlihat lebih rapi. Nggak sabar pengen cepet-cepet bikin lagi, lagi, lagi dan lagi ;)




Tuesday, May 14, 2013

Escape: De Daunan Boutique Guest House, Gallery and Garden


Lanjutan postingan sebelumnya, sekarang kita bahas soal penginapan dulu ya. Waktu awal-awal kita, saya dan pooh maksudnya, diskusi soal penginapan, kita tertarik banget buat nginep di Harris atau Solaris yang mana lokasinya di Kota Malang – dan affordable, tentu saja. Tapi, setelah dipikir-pikir, karena tempat-tempat yang akan dikunjungi kebanyakan adalah di Kota Batu, akhirnya kita putuskan untuk nginep di Batu aja, biar lebih simple.

Perburuan dimulai. Dari hasil googling sana-sini, ada beberapa pilihan sih, tapi akhirnya kita pilih nginep di De Daunan aja. Kenapa? Karena dari hasil review beberapa blogger yang saya baca, De Daunan ini menawarkan konsep yang berbeda dari hotel kebanyakan. Lebih homey katanya. Dan yang penting, bersahabat dengan kantong. Bungkus!

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, kita dapat jemputan gratis dari De Daunan (for free, yay!). Yang jemput kita namanya Pak Sugeng kalau saya nggak salah ingat, beliau ini kayaknya driver Ibu Rien Samudayanti, yang punya penginapan ini. Jadi kalau ada yang mau minta untuk dijemput, janjian dulu ya, paling nggak seminggu sebelumnya.

Dari Bandara Abdurrahman Saleh ke De Daunan kemarin perlu sekitar satu jam, karena memang agak macet di Malang. Tapi kalau lagi nggak macet sih, katanya cuma perlu sekitar 30-40 menit aja. Sampai di penginapan udah hampir jam 12, matahari lagi garang-garangnya. Untung banyak tanaman, jadi nggak terlalu menyengat panasnya. Kita langsung ditunjukin tempat yang udah kita pesan sebelumnya, di Sirih. Begitu datang, kita akan disuguhi welcome drink dan welcome snack, yang isinya buah-buahan hasil kebun sendiri.
Di deDaunan style penginapannya dibuat semacam cottage gitu, namanya diambil dari nama-nama tumbuhan, misal Sirih,  Kemuning,  Kecubung, Dangan, Waru.  Di antara cottage-cottage itu ditanami macam-macam tanaman, asri banget. Di Sirih, misalnya, begitu kita buka pintu cottagenya, kita langsung ketemu kebun sayur. Ijooooo.

penampakan cottage Sirih dari samping



ini kebun seladanya, ijoooo banget

Soal kamarnya,  menurut saya, memang bener sih, mirip kamar di rumah. Begitu masuk cottagenya, ada semacam ruang depan dengan sepasang kursi dan meja, TV, bale-bale dan kipas angin. Kalau siang, di ruang depan ini rasanya masih agak panas, padahal sudah ada kipas angin. Untung kamar tidurnya dilengkapi AC, jadi bisa ngadem di kamar. Kamar mandinya, bisa dibilang biasa, kayak kamar mandi di rumah aja, nggak ada bathtub *toyor. Tapi tenang aja, cukup bersih dan terawat kok. Di kamar mandi ada closet duduk, bak mandi, shower. Air panasnya juga nggak perlu nunggu lama. Pihak De Daunan juga sudah menyediakan handuk dan toiletries sebenernya, tapi ya seadanya. Untungnya, saya terbiasa membawa toiletries lengkap tiap kali bepergian, karena minimarket terdekat (seingat saya) agak jauh dari penginapan.


kamar tidurnya, sorry udah dicak-acak :D

Untuk soal sarapan, seperti yang sudah dibahas oleh banyak orang, memang tergolong standar, dalam artian nggak banyak pilihannya. Tapi kalau menurut saya sih itu sudah cukup. Di hari kedua, misalnya, kita dapat menu sarapan gado-gado yang sayurannya dari hasil kebun sendiri, fresh banget, enak, dan sehat. Oiya, jangan kaget ya, kalau pas sarapan temennya bule-bule. Menurut cerita Pak Sugeng, De Daunan sering banget dapat tamu orang luar. Kayak pas saya sarapan, hari pertama ketemu sama beberapa orang Jepang, dan hari berikutnya beberapa orang Perancis. Mungkin mereka baca rekomendasi tripadvisor kali ya :D

Di dekat restonya, ada lobi lengkap dengan kursi dan bale-bale, asik buat ngobrol sambil santai-santai. Ada permainan congklak, catur, ada juga buku-buku bagus semacam ensiklopedia yang bisa dibaca, tapi sayangnya kok ya nggak bisa dibawa pulang, hehe. Buat yang bisa main pingpong, ada meja pingpong lengkap dengan bats dan bolanya juga. Oiya, kalau mau nginep di sini, usahakan jangan bangun siang, biar bisa jalan-jalan menikmati pemandangan pagi dengan Gunung Arjuna jadi latar belakangnya, kayak gini:

cantik kan?

Yang perlu dipertimbangkan, menurut saya, adalah akses transportasinya, mengingat lokasinya yang ada di tengah perkampungan penduduk dan bukan di tengah kota. Ini menurut saya ya. Tapi kalau buat kita sih, itu nggak masalah, karena kebetulan tempat-tempat yang mau kita kunjungi nggak terlalu jauh dari sini. Buat yang mau jalan-jalan tapi nggak bawa alat transportasi pribadi, pilihannya kalau nggak sewa mobil ya panggil taksi. Buat yang mau mesra-mesraan sama pasangan, bisa juga sewa sepeda motor dari sini, tarifnya Rp50.000 per 6 jam, dan fleksibel kok, nggak harus sewa 6 jam juga.

Dengan semua kelebihan dan kekurangannya, puas deh nginep di sini, kapan-kapan kalau ada rezeki lagi, dan ada kesempatan main-main lagi ke Batu, bisa  dipertimbangkan untuk mampir ke sini lagi.

Update! ternyata masih ada sisa-sisa foto di kamera hp ni, hehe. Check 'em out yes,


kebun sayur



another kebun sayur :D



kebun sayur lagi. ada penampakan cottage Sirih dari depan


koleksi tanamannya macem-macem. di ujung ada beberapa jenis burung juga,
cuma nggak kliatan di foto ini :D



ini kolam renangnya


bonus penampakan ni. sendal jepitnya hits banget kan? ;)



Monday, May 13, 2013

Escape! (Prolog)

Hi!

Akhirnya 'nyasar' lagi di sini, hehe, maaf ya lama ga dibesuk *pukpuk. Sebenernya banyak banget yang mau saya ceritakan di sini, saking banyaknya sampai bingung mau mulai dari mana. Tar deh dicicil satu-satu, sekarang kita mulai dari cerita soal escape aja ya :D

Minggu lalu, akhirnya saya dan pooh punya kesempatan untuk melarikan diri. Dengan modal nekat, kami memutuskan untuk mengunjungi Stone City a.k.a. Kota Batu. Seingat saya, ini adalah kali pertama kami pergi melarikan diri jauh dari Kota Solo. Ndeso banget ya. Dengan budget seadanya, informasi sedapatnya, jadilah kami nekat memutuskan untuk pergi ke sana. Kenapa? Ga ada alasan khusus, cuma pengen memulai ritual 'pelarian diri' dari yang dekat-dekat dulu aja, secara geografis dan kultur masyarakatnya.

Dari Jakarta, kita berangkat hari Minggu flight pertama ke Malang. Waktu tempuh Soetta - Abdurrahman Saleh sekitar 90 menit. Pesawat yang kita tumpangi ini ternyata pesawat piyik, kecil, tv-nya ga ada di tiap kursi, jadi rada nyesel ga bawa shinchan :D tapi gapapa, untung dapet gratisan tuker mileage GFF. Sampai bandara Abdurrahman Saleh sekitar jam 10.30, disambut matahari terik menyengat. Kirain Malang itu dingin, ternyata panas juga, mungkin karena ini Bulan Mei?

Dari bandara, kita dapat jemputan gratis ke penginapan yang lokasinya di daerah Batu.  Dari bandara ke penginapan butuh waktu selama sekitar satu jam, karena jalanannya lagi rada macet. IMO, tata kota Malang itu kayaknya nggak jauh beda sama Solo. 

Tempat-tempat yang kita kunjungi selama di Batu nggak banyak, karena kita juga bingung mau ke mana. Yang jelas, sekarang kita udah nggak penasaran lagi sama alun-alun Kota Batu, Jatim Park 2, Selecta, Batu Night Spectacular, dan Toko Oen yang katanya istimewa itu.

Cerita selengkapnya di postingan selanjutnya ya ;)


pooh lagi nunggu sarapan di Soetta. Gayanya sok cool banget deh :p

tanaman tebu di sepanjang jalan keluar Bandara Abdurrahman Saleh. Cantik :)