Lanjutan postingan sebelumnya, sekarang kita bahas soal penginapan
dulu ya. Waktu awal-awal kita, saya dan pooh maksudnya, diskusi soal
penginapan, kita tertarik banget buat nginep di Harris atau Solaris yang mana
lokasinya di Kota Malang – dan affordable, tentu saja. Tapi, setelah
dipikir-pikir, karena tempat-tempat yang akan dikunjungi kebanyakan adalah di
Kota Batu, akhirnya kita putuskan untuk nginep di Batu aja, biar lebih
simple.
Perburuan dimulai. Dari hasil googling sana-sini, ada beberapa pilihan
sih, tapi akhirnya kita pilih nginep di De Daunan aja. Kenapa? Karena dari
hasil review beberapa blogger yang saya baca, De Daunan ini menawarkan konsep
yang berbeda dari hotel kebanyakan. Lebih homey katanya. Dan yang penting,
bersahabat dengan kantong. Bungkus!
Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, kita dapat jemputan
gratis dari De Daunan (for free, yay!). Yang jemput kita namanya Pak Sugeng
kalau saya nggak salah ingat, beliau ini kayaknya driver Ibu Rien Samudayanti,
yang punya penginapan ini. Jadi kalau ada yang mau minta untuk dijemput, janjian
dulu ya, paling nggak seminggu sebelumnya.
Dari Bandara Abdurrahman Saleh ke De Daunan kemarin perlu sekitar
satu jam, karena memang agak macet di Malang. Tapi kalau lagi nggak macet sih,
katanya cuma perlu sekitar 30-40 menit aja. Sampai di penginapan udah hampir
jam 12, matahari lagi garang-garangnya. Untung banyak tanaman, jadi nggak
terlalu menyengat panasnya. Kita langsung ditunjukin tempat yang udah kita
pesan sebelumnya, di Sirih. Begitu datang, kita akan disuguhi welcome drink
dan welcome snack, yang isinya buah-buahan hasil kebun sendiri.
Di deDaunan style penginapannya dibuat semacam
cottage gitu, namanya
diambil dari nama-nama tumbuhan, misal Sirih,
Kemuning, Kecubung, Dangan,
Waru. Di antara
cottage-cottage itu
ditanami macam-macam tanaman, asri banget. Di Sirih, misalnya, begitu kita buka
pintu
cottagenya, kita langsung ketemu kebun sayur. Ijooooo.
|
penampakan cottage Sirih dari samping |
|
ini kebun seladanya, ijoooo banget |
Soal kamarnya, menurut saya,
memang bener sih, mirip kamar di rumah. Begitu masuk cottagenya, ada semacam
ruang depan dengan sepasang kursi dan meja, TV, bale-bale dan kipas angin. Kalau
siang, di ruang depan ini rasanya masih agak panas, padahal sudah ada kipas
angin. Untung kamar tidurnya dilengkapi AC, jadi bisa ngadem di kamar. Kamar mandinya, bisa dibilang biasa, kayak kamar mandi di
rumah aja, nggak ada bathtub *toyor. Tapi tenang aja, cukup
bersih dan terawat kok. Di kamar mandi ada closet duduk, bak mandi, shower. Air
panasnya juga nggak perlu nunggu lama. Pihak De Daunan juga sudah menyediakan
handuk dan toiletries sebenernya, tapi ya seadanya. Untungnya, saya terbiasa
membawa toiletries lengkap tiap kali bepergian, karena minimarket terdekat (seingat saya) agak jauh dari penginapan.
|
kamar tidurnya, sorry udah dicak-acak :D |
Untuk soal sarapan, seperti yang sudah dibahas oleh banyak orang, memang
tergolong standar, dalam artian nggak banyak pilihannya. Tapi kalau menurut
saya sih itu sudah cukup. Di hari kedua, misalnya, kita dapat menu sarapan
gado-gado yang sayurannya dari hasil kebun sendiri, fresh banget, enak, dan sehat. Oiya, jangan kaget ya, kalau pas sarapan temennya bule-bule. Menurut
cerita Pak Sugeng, De Daunan sering banget dapat tamu orang luar. Kayak pas
saya sarapan, hari pertama ketemu sama beberapa orang Jepang, dan hari
berikutnya beberapa orang Perancis. Mungkin mereka baca rekomendasi tripadvisor kali ya :D
Di dekat restonya, ada lobi lengkap dengan kursi dan
bale-bale, asik buat ngobrol sambil santai-santai. Ada permainan congklak,
catur, ada juga buku-buku bagus semacam ensiklopedia yang bisa dibaca, tapi sayangnya
kok ya nggak bisa dibawa pulang, hehe. Buat yang bisa main pingpong, ada meja pingpong lengkap dengan bats dan bolanya juga. Oiya, kalau mau nginep di sini, usahakan jangan bangun siang, biar bisa jalan-jalan menikmati pemandangan pagi dengan Gunung Arjuna jadi latar belakangnya, kayak gini:
|
cantik kan? |
Yang perlu dipertimbangkan, menurut saya, adalah akses transportasinya, mengingat lokasinya yang ada di tengah perkampungan penduduk dan bukan di tengah kota. Ini menurut saya ya. Tapi kalau buat kita sih, itu nggak masalah, karena kebetulan tempat-tempat yang mau kita kunjungi nggak terlalu jauh dari sini. Buat yang mau jalan-jalan tapi nggak bawa alat transportasi pribadi, pilihannya kalau nggak sewa mobil ya panggil taksi. Buat yang mau mesra-mesraan sama pasangan, bisa juga sewa sepeda motor dari sini, tarifnya Rp50.000 per 6 jam, dan fleksibel kok, nggak harus sewa 6 jam juga.
Dengan semua kelebihan dan kekurangannya, puas deh nginep di sini, kapan-kapan kalau ada rezeki lagi, dan ada kesempatan main-main lagi ke Batu, bisa dipertimbangkan untuk mampir ke sini lagi.
Update! ternyata masih ada sisa-sisa foto di kamera hp ni, hehe. Check 'em out yes,
|
kebun sayur |
|
another kebun sayur :D |
|
kebun sayur lagi. ada penampakan cottage Sirih dari depan |
|
koleksi tanamannya macem-macem. di ujung ada beberapa jenis burung juga, cuma nggak kliatan di foto ini :D |
|
ini kolam renangnya |
|
bonus penampakan ni. sendal jepitnya hits banget kan? ;) |
No comments:
Post a Comment