Friday, June 6, 2014

Bandung Sepuluh Ribu Langkah

Hey June, don't make it bad
Take a sad song and make it better...

Udah Juni aja, nggak kerasa 2014 hampir jalan setengahnya, wew. Perjalanan setengah tahun nggak kerasa ya. Ngapain aja coba selama ini, haduuuuw.

Ngomong-ngomong soal perjalanan, mau share cerita jalan-jalan akhir Mei kemarin ah, hehe. Jalan-jalan kali ini sebenernya bisa dibilang semacam improvisasi. Karena kehabisan tiket kereta Jakarta-Solo, kami memutuskan untuk pulang kampung ngeteng naik kereta, Jakarta-Bandung dilanjut Bandung-Solo. Nah, karena tergiur cerita orang-orang yang bilang banyak kuliner maknyus di Bandung, jadilah kita sekalian memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, menyengaja lost in Bandung seharian.

Dari Jakarta kita naik kereta Argo Parahyangan, berangkat dari Gambir seharusnya jam 7 pagi, tapi keretanya baru siap sekitar jam 7.30. Mau jajan lagi ke bawah, takut nanti malah ketinggalan kereta. Akhirnya sambil nunggu, selfie deh, hehe.



Keretanya lumayan, cukup bersih dan nyaman, meski masih kalah kalau dibanding Argo Lawu atau Argo Dwipangga ya, IMHO sih. Perjalanan mulai seru setelah sekitar satu setengah jam kereta berangkat dari Gambir. Eksotisnya tanah Pasundan bisa kita nikmati di kiri-kanan, yang sukses bikin saya takjub sepanjang jalan. 

Tiba di Stasiun Bandung atau Stasiun Hall udah jam 11 lewat. Padahal kalau di jadwalnya sih harusnya jam 10an. Dari stasiun kita keluar lewat pintu utara, terus langsung jalan-jalan deh keliling kota. Tujuan pertama ke kawasan Jalan Asia Afrika. Ini beneran jalan ya, on foot, dengan bantuan Google Maps. Dari awal emang kita rencananya pengen nyoba jalan-jalan sih.

Dari stasiun kita ngikutin wangsit dari Google Maps, yang mengklaim cuma butuh waktu sekitar 11 menit jalan kaki dari Stasiun Hall ke salah satu budget hotel di bilangan Jalan Asia Afrika. Nah, ternyata, kalau diitung-itung beneran, perlu waktu setengah jam lebih! Ya mungkin standar waktu yang dipake Google ini berdasarkan asumsi pejalan kakinya itu punya kaki panjang, kayak bule-bule yang emang badannya tinggi-tinggi gitu kali ya. Kalau buat orang yang ukurannya sepertiga  lebih kecil dari rata-rata tingginya orang bule kayak saya ini...yang tinggal itung sendiri :D

Rasanya legaaaa banget pas udah kelihatan menara Masjid Raya Bandung dari jauh. Mana siang-siang, panas, udah kayak orang nggak punya duit kerjaan aja, haha. Nggak papa deh, biar sehat, kayak tagline-nya salah satu susu kalisum itu: 10 ribu langkah sehari.



Setelah panas-panasan, ngadem bentar di Masjid Raya dulu sekalian sholat dzuhur. Rame juga ternyata masjidnya. Setelah selesai sholat, kita lanjut jalan menuju hotel. Udah nggak jauh ternyata, jalan santai di trotoar sekitar tujuh menitan, kayaknya sih, tau-tau udah sampai di depan hotel. Check in, istirahat bentar, jalan-jalan lagi deh sekalian berburu makan siang.

Kebetulan selesai makan siang waktu itu Bandung diguyur hujan cukup deras. Daripada kelamaan nunggu, kita putuskan nekat keluar aja sambil nyari taksi di jalan, dan ternyata nggak ada yang lewat. Yaudah deh, jadinya selesai makan siang kita lanjut jalan-jalan lagi sekenanya sebelum balik ke hotel, karena nggak tau rute angkot juga, dan malas bertanya, hehe. Alhamdulillah sih sampai di tengah jalan hujannya reda, tapi masih becek dan nggak ada ojek :D



Di Bandung masih banyak kita jumpai bangunan-bangunan tua yang terawat baik. Pas masuk sekitaran Jalan Braga yang nembus Jalan Asia Afrika, misalnya, kita akan disuguhi deretan arsitektur jadul yang masih difungsikan sebagai perkantoran atau tempat usaha, kalau saya nggak salah tafsir, hihi. Memang nggak se-wow kawasan Kota Tua-nya Jakarta sih, tapi tetep bikin kita serasa kembali ke masa lalu *sotoy







Pada dasarnya, pejalan kaki di Bandung itu cukup terakomodir dengan tersedianya pedestrian yang memadai di sebagian besar pingiran jalan rayanya. Dan, kalau cuaca mendukung, nggak panas tapi nggak hujan juga -mendung-mendung gimanaaa gitu- jalan-jalan akan jadi aktivitas yang sangat menyenangkan. 




Tu kaaan, trotoarnya muat buat papasan beberapa orang. Oiya, maaf ada penampakan di samping trotoar, hehehe. Intinya, jalan kali di Bandung itu menyenangkan, selain juga murah. Haha, ketauan deh modus aslinya. 

Karena keasikan jalan kaki siangnya, malamnya kita tepar, dasarnya bukan atlet ya (nggak pernah olah raga maksudnya), kaki jadi pegel-pegel semua. Jadilah malam itu kita gagal jalan-jalan buat nyari makan malam, dan memilih untuk naik taksi aja dari hotel ke Cihampelas Walk. Udah jauh-jauh ke Bandung ya, dinnernya di Wendy's. Doooh.

Kalau di Bandung, soal pilih-pilih taksi ternyata harus jadi perhatian kita, karena salah-salah kita bisa dikerjain sama drivernya. Nggak bermaksud suudzon ya, tapi berdasarkan info, driver brand taksi tertentu di Bandung ada yang nakal, misalnya nggak mau pakai argo atau muter-muterin penumpang. 

Sedikit cerita dari pengalaman pribadi aja, kebetulan pas kita mau cari makan malam, di dekat hotel sebenernya ada dua taksi Putra yang mangkal. Pas kita bilang mau ke Paskal Hypersquare, drivernya nggak mau pakai argo, dan langsung nembak tarifnya 40 ribu. Karena nggak mau pakai argo, kita memutuskan untuk cari taksi lain aja. Tapi, tiap mau nyetop taksi yang lewat (kebetulan beberapa yang lewat waktu itu Gemah Ripah), taksinya nggak mau berhenti, jadi kita inisiatif jalan menjauh dari tempat mangkal kedua taksi tadi, dan berhasil dapet taksi (Gemah Ripah). 

Dari bapak pengemudinya inilah kita dapet info kenapa taksi-taksi yang kita stop tadi ga ada yang mau berhenti. Alasannya, ya karena ada dua taksi yang mangkal tadi itu. Sebisa mungkin mereka menghindari mengangkut penumpang dari sekitar lokasi mangkal taksi nggak jelas, daripada dapat masalah. Oiya, waktu itu kita berubah pikiran, dari tujuan awalnya di Paskal ganti ke Ciwalk, yang lebih jauh jaraknya kalau dari tempat kita nyetop taksi. Dan ternyata, pas lewat Paskal Hypersquare itu, argo di taksinya cuma 10 ribuan sekian, a.k.a seperempat dari 40 ribu!

Jadi kesimpulannya, pilih taksi terpercaya, seperti Blue Bird atau Gemah Ripah (saya taunya cuma ini). Cipaganti sepertinya juga oke. Terus, usahakan nggak ada taksi mangkal di tempat kita nyetop taksi, kalau nggak, mungkin nggak akan ada taksi yang mau ngangkut kita. Kalau kebetulan ditawari taksi tanpa argo, lebih baik ditolak secara halus, biar abangnya ga sakit hati, hehe. 

Info tambahan nomor taksi terpercaya di Bandung (based on my opinion):
Blue Bird: (022) 756 1234
Gemah Ripah: (022) 421 7070
Cipaganti: (022) 700 70000

Selamat jalan-jalan di Bandung bagi yang sedang jalan-jalan :)





No comments:

Post a Comment